Kebudayaan Bali pada hakikatnya
dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat
Bali mengakui adanya perbedaaan ( rwa bhineda ), yang sering ditentukan oleh
faktor ruang ( desa ), waktu ( kala ) dan kondisi riil di lapangan ( patra ).
Konsep desa, kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan
selektif dalam menerima d an
mengadopsi pengaruh kebudayaan luar. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa
komunikasi dan interaksi antara kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India
(Hindu), Cina, dan Barat khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan
kreatifitas baru dalam seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni
lukis, seni rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India.
Demikian pula budaya Cina dan Barat/Eropa memberi nuansa batu pada produk seni
di Bali. Proses akulturasi tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan Bali bersifat
fleksibel dan adaptif khususnya dalam kesenian sehingga tetap mampu bertahan
dan tidak kehilangan jati diri.
Kebudayaan Bali sesungguhnya
menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan
manusia dengan Tuhan ( parhyangan ), hubungan sesama manusia ( pawongan ), dan
hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan ), yang tercermin dalam ajaran
Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga
hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka
kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan
harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni
persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu ( athita ),
masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu
rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan
manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan
perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam
ajaran hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan,
perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. Demikian pula seBaliknya,
perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau tidak baik bagi yang
bersangkutan.
Kebudayaan Bali juga memiliki identitas yang jelas yaitu
budaya ekspresif yang termanifestasi secara konfiguratif yang emncakup
nilai-nilai dasar yang dominan sepert: nilai religius, nilai estetika, nilai
solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan. Kelima
nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanjut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar